Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

Upstair

   Aku dan teman temanku adalah anak yang tidak seperti kebanyakan anak pada umumnya. Aku (Robin), Dansont dan Arnold setiap minggu selalu melakukan hal yang sama, yaitu berjalan jalan ke tempat yang belum pernah kami pergi. Mungkin kami bisa disebut memiliki jiwa petualang. Kali ini kami ingin pergi ke rumah hantu. Awalnya kami tidak berani pergi, namun setelah dibujuk oleh Arnold. Kami memberanikan diri untuk pergi ke sana. Lalu kami berangkat bersama sama.    Esoknya aku dan teman teman ku pergi lagi karena terdorong oleh rasa penasaranku. Akhirnya kami sampai. Kami masuk ke dalam rumah itu. Berantakan namun masih bisa ditinggali. Aku menelusuri setiap sudut rumah. Aku tidak menemukan sesuatu yang aneh. Oh ya, kemana teman temanku? Dengan sigap aku melihat sekeliling dan memanggil nama teman temanku. Lalu terdengar sahutan dari lantai atas. "Kami baik baik saja Rob" kata Arnold.    Ternyata Dansont dan Arnold pergi ke lantai 2. Aku segera menyusul mereka. Baru

Dear Son

   Rintik hujan menghujam bumi yang sudah terlelap dalam mimpi. Membasahi tanah tempat Rick berpijak. Dengan langkah yang berat, Rick menggendong anaknya berjalan di tengah malam yang gerimis menyusuri taman. Lalu singgahlah ia di sebuah pohon. Sementara hujan semakin lebat, Rick bersandar dan memeluk anaknya yang masih berusia 4 tahun.    Anak itu bergelayut manja di pangkuan Rick. Ia memain mainkan baju ayahnya. Rick mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah album keluarga. Raut wajah kesedihan terpancar dimuka Rick. Lalu ia memandang anaknya. Anak satu satunya dan yang paling berharga baginya. Namun terkadang hidup memang kejam untuk sebagian orang. Ia harus pergi. Anak itu menatap Rick dengan mata yang polos. "Nak, maafkan ayah."    Rick melepaskan pangkuannya serta memeluk anaknya untuk terakhir kalinya. Dan pergi dengan berat hati. Bukan karena apa apa, tapi karena ia sudah divonis hukuman mati oleh pengadilan karena membunuh 5 orang hanya untuk mencuri roti supaya anak

My Secret

Bikin cerita pendek aja deh :) sorry kalo ada yang sama.    Aku baru saja selesai menghabisi korbanku. Tatapan matanya yang menyedihkan itu masih terarah kepadaku. Meski pun matanya sangat mengingatkan ku tentang keluarga ku, aku tetap tidak menghiraukannya. Karena akulah yang membunuh keluargaku. Aku tau sekarang bukan waktunya mengenang masa lalu itu.     Aku berjalan perlahan meninggalkan korbanku tadi. Untung saja dia belum sempat membocorkan rahasiaku. Aku bernafas lega. Ya, dia bernasib sama dengan keluargaku. Aku membunuh keluargaku karena mereka sudah tau rahasiaku... Rahasiaku bahwa aku seorang boneka. Upss.. aku lupa. Sekarang kalian sudah tau kan rahasiaku? Berarti kalian juga harus mati.

The Damage Part 1

ini buatan sendiri , mohon maklum klo ada yg salah :) juga ceritanya pendek halo namaku Ruky Lucas (cowo) , umurku 15 tahun, aku berkerja sebagai seorang detektive. aku mempunyai 6 teman tetapi dulu aku mempunyai 15 teman mereka yang lain itu sudah di penjara karena membunuh, nama teman temanku yang sekarang tinggal 6 orang adalah yaitu Yessi (cewe) umur 14 tahun , Mikie (cowo) umur 16 tahun, Sira (cewe) umur 13, Freddy (cowo) umur 18 tahun, Kattie (cewe) umur 13 tahun, dan Morphey (cowo,dia bersaudara dengan Freddy) umur 15. kami bertujuh biasa di sebut The Seven Boomber, perkenalannya sampai di sini dulu. Yessi: "ahh hari ini membosankan...." Freddy: " sekarang sudah kurang kejadian pembunuhan.." Lucas : " iya , jangan gitu sapa ta...*KRINGG KRINGG* tuh kan, halo ? di sini Lucas ada apa pemimpin ?" P: "di sini ada pembunuhan dan pembunuhnya tidak di ketahui tolong kalian selidiki!. org yg terbenuh bernama : Sammy, umur 20 tahun, dia seperti

Its Your Turn

Hanya hari hari biasa lainnya. Namun hari ini kami akan piknik    Aku dan abangku Lammy serta adik kecil lucuku David yang masih dalam gendongan ibuku. Kami sekeluarga pergi piknik diluar negri. Sudah cukup lama kami tidak refresh sejenak dari kesibukan yang menggrogoti waktu berharga kami. Rutinitas yang selalu sama setiap bangun pagi. Baiklah lupakan itu. Setelah beberapa lama terdiam didalam pesawat terpaku melihat pemandangan dari atas, tanpa sadar telingaku menangkap suara keributan dari bagian belakang pesawat.    Ku mencoba melihat ke belakang. Ya ampun, telah terjadi perampokan di pesawat. Mataku mulai sibuk mencari ayah ibu serta kedua saudaraku. Kemana mereka? Aku mulai berprasangka buruk. Lalu salah satu anggota perampok tadi menodongkan pistolnya ke para penumpang dan memerintahkan agar menyerahkan barang berharga. Pikiranku sungguh kacau oleh kebisingan ini ketika tiba tiba aku dikejutkan karena anggota perampok tadi menyeret paksa seorang penumpang dan penumpang itu